Archive for Januari 26, 2006

Kalahnya Kepentingan Rakyat (Pertarungan antara Rakyat, Penguasa dan Kapitalisme)

Pupus sudah harapan rakyat kepada pemimpinnya. Betapa tidak, rapat paripurna DPR, yang membahas tentang kebijakan impor beras oleh pemerintah ternyata berakhir menyedihkan. Rakyat kita dihianati oleh wakilnya sendiri yang ada di gedung senayan sana. Pada awalnya mereka begitu bulat ingin mengusung hak angket terhadap eksekutif, di di persimpangan jalan mereka saling menikam, terpecah oleh suara interpelasi. Sebahagian dari mereka berkhianat. Bukan saja berkhianat kepada yang pro angket, akan tetapi mereka telah menghianati rakyat yang mereka wakili. Sungguh menyedihkan!. Dikala membahas kepentingan rakyat mereka terpecah, namun disaat membahas kenaikan gaji mereka mersepakat untuk membulatkan suara. Lalu pertanyaannya, wakil rakyat yang mana yang mereka wakili. Di saat-saat rakyat meregang nasib gara-gara naiknya BBM, mereka dengan seenak perut meminta tujangan yang jauh lebih besar dari dana BLT. “Sabar rakyatku!”. aku juga rakyat. aku malu tidak bisa berbuat apa-apa untukmu. Mungkin suatu saat nanti, aku bisa menjadi martil bagi hati penguasa yang sombong.
Oh, wakil rakyatku, inikah janji-janjimu waktu kampanye?. Kenapa kau biarkan mereka meregang nyawa hanya untuk 100 ribu per bulam?. Wahai rakyatku sabarlah,. aku juga terkena imbasnya ketika kenaikan BBM dulu. Jatah nasi ku tambah mahal, celakanya lagi uang kiriman ku justru berkuran. ini pertanda keuangan ku mulai diboikot. Untung saja aku punya pekerjaan sambilan. nggak banyak sih. Tapi lumayan buat uang saku atau sekedar nambah-nambah beli buku dan majalah serta koran, agar tidak Tulalit dan buta informasi. Mungkin tuhan Mulai marah. Lihat, bencana yang beruntun dan terjadi dimana-mana. Mungkin ini azab dari Allah. Maafkan akau rakyat indonesia, aku belum bisa berbuat apa-apa untuk kalian. Padahal, akupun menikmati pajak dari kalian. Akhirnya kita hanya bisa mengurut dada sambil mendendangkan lagu sakit hati: “Oh, tanah airku mengapa masih menderita?”. Akhirnya pertarungan ini dimenangkan oleh pemilik modal dan penguasa. Selamat menderita rakyatku. Sampai jumpa di lain waktu.

Januari 26, 2006 at 4:46 pm Tinggalkan komentar

alamat-alamat blog

www.ayatcinta.blogspot.com,
www.halamanrawa.blogspot.com
www.penakayu.blogspot.com
www.liputan6.com.
www.kammi.or.id
www.eramuslim.com
www.myquran.com
www.hani-smile.blogdrive.com
jilbaber (www.muslimahberjilbab.blogspot.com)
www.majalahsaksi.com
www.identitasonline.com
www.kompas.com
www.dkp.go.id
www.bimacenter.com (Khusus untuk orang Bima)
www.skype.com (nelepon gratis)
www.ilmukomputer.com
www.fotografer.net
http://www.mamboserver.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=86
http://www.opensourcematters.org/content/view/5/0/
http://www.vaksin.com/small_kl2.htm—> virus tanggal 3

Januari 26, 2006 at 2:33 pm 1 komentar

IDEOLOGI, PERLUKAH DIPERTAHANKAN?

Oleh: Aryanto Abidin Staf Kebijakan Publik KAMMI Daerah Sulsel
bisa dikirimi e-mail lewat: aryanto@eramuslim.com atau al_akh_mbojo81@yqhoo.com

Ada yang menarik yang perlu kita cermati tentang kehidupan berbangsa dan bernegara kita, yaitu masalah ideologi. Ideologi merupakan landasan pokok dimana suatu negara atau dalam suatu bentuk kelembagaan meletakan harapan-harapan atau cita-cita yang disepakati bersama. Jadi, apa yang telah menjadi kesepakatan bersama, haruslah berjalan di atas roda ideologi, yang mana ideologi itu sendiri merupakan sesuatu yang telah dan harus disepakati secara bersama-sama pula. Ideologi pertama kali dikemukakan oleh D. Tracy, bahwa ideologi adalah sebuah pemahaman atau ide konseptual yang mampu melihat wajah dunia dengan ketertarikannya pada masalah-masalah sosial (Sosicial interest) dan mampu menawarkan “problem solving” atau pemecahan masalah dalam suatu lembaga kemasyarakatan.

Kalau kita definisikan secara harfiah, maka ideologi itu sendri terdiri dari dua suku kata yakni; Ideo yang berarti ide dan logos yang berarti ilmu. Merujuk pada pengertian secara harfiah tersebut, maka dengan subjektivitas saya, ideologi itu sendiri dapat diartikan ilmu tentang ide-ide. Definisi ini bukanlah definisi yang baku, akan tetapi tidak menutup kemungkinan beribu-ribu definisi yang bercokol dalam setiap kepala kita yang siap meramaikan lembaran putih ini. Kalau benar demikian adanya, maka ijinkanlah saya meminjam definisi ideologi menurut Jack C. Plano & Roy Olton1, bahwa ideologi merupakan sebuah kekuatan dinamis yang setara dengan kekuasaan karena kepaduan dan vitalitas yang diciptakan nya mampu untuk dikendalikan menghadapi negara atau kelompok lain. Merujuk pada definisi Jack C. Plano dan Roy Olton tersebut, maka jelaslah bahwa ideologi itu merupakan landasan-landasan yang memiliki kekuatan dalam membentuk karakter serta cara berpikir suatu masyarakat.

APAKAH IDEOLOGI HARUS TETAP DIPERTAHANKAN?
Adalah benar bahwa dalam suatu lembaga kemasyarakatan memerlukan ideologi. Sangat mustahil dalam suatu lembaga kemasyarakatan menolak adanya ideologi. Hal ini disebabkan Karena ideologi merupakan acuan pokok atau kerangka dasar dinamis yang menjadi energi kreatif dalam proses dinamisasi suatu lembaga. Lembaga swadaya masyarakat atau yang lebih dikenal dengan nama LSM merupakan salah satu contoh kecil lembaga yang ada dalam suatu masyarakat. Sebuah pemahaman/ide itu bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi apabila mampu memuaskan batin, mampu memperbaiki hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan sang pencipta. Suatu ideologi dianggap berhasil apabila mampu menanamkan nilai pada obyek ideologi dalam hal ini masyarakat. Kadang-kadang idiologi juga dapat menjadi titik acuan dalam memandang suatu realitas atau kondisi yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

Kalau kita kembali pada pemahamannya Jack C. Plano dan Roy Olton bahwa sebuah ideology sangat peka terhadap sifat system politik, pelaksanaan menjalankan kekuasaan, peran individu, sifat sistem ekonomi dan sistem sosial, serta tujuan masyarakat. Sebagai sebuah system keyakinan yang mendasar, sebuah ideologi tidak hanya menggabungkan nilai-nilai dasar masyarakat tetapi ideologi itu sendiri menjadi nilai utama yang harus dipertahankan dan dalam kasus tertentu ideologi harus disebarluaskan kepada masyarakat lain.
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak dari setiap pribadi kita untuk kembali menengok sejarah perkembangan ideologi, dalam hal ini ideologi kapitalis dan ideologi komunisme. Dimana kedua ideologi ini sebagai repsentatif atau mewakili topik yang sedang kita bahas. Kedua ideologi tersebut pernah mewarnai sejarah perpolitikan dunia pada akhir abad ke-19, bahkan masih merupakan topik perbincangan yang hangat dalam konteks sekarang. Peta perpolitikan internasionalpun sempat terpolarisasi menjadi dua blok yakni blok barat di bawah bendera kapitalisme (Amerika cs) dan blok timur di bawah bendera komunisme (Unisoviet cs). Ideologi komunis muncul sebagai lawan dari ideologi kapitalisme. Kapitalisme merupakan teori system ekonomi perdagangan bebas atau bisa dikatakan bahwa ideologi kapitalis ini selalu menekankan kepada kepemilikan modal, yang artinya hanya orang-orang yang memiliki modal yang besar yang menguasai factor-faktor produksi dan hal ini bersifat individual. Hal inilah yang merangsang lahirnya komunisme. Komunisme merupakan ideologi yang menghendaki penghapusan pranata kaum kapitalis serta berkeinginan membentuk masryarakat kolektif agar tanah dan modal (faktor produksi) dimiliki secara sosial dan pertentangan kelas serta sifat kekuatan menindas dari negara tidak berlangsung lagi. Dalam setiap upaya-upaya untuk menanamkan ideologinya itu, Paham komunis berusaha mengambil jalan pintas yakni dengan jalan revolusi dengan metode kekerasan. Hal inilah yang menyebabkan antipati masyarakat dunia terhadap paham ini. Kalau kita membuka lembaran sejarah berikutnya, Afganistan yang pernah berada di bawah jajahan Unisoviet mengalami tragedi kemanusiaan yang panjang akibat cara-cara kekerasan yang dilakukan Penganut paham komunis tersebut. Lalu bagaimana dengan Indonesia?. Di Indonesia paham komunisme mencoba merasuk dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Dalam rangka penanaman nilai komunis tersebut, paham ini telah dua kali mengalami kegagalan yakni sekitar pertengahan tahun 1950-an dan pada pertengahan tahun 1960-an. Jadi sekali lagi saya ingin menegaskan bahwa dalam suatu lembaga kemasyarakatan itu secara mutlak memerlukan ideologi. Merunut pada penjelasan sejarah yang dipaparkan di atas, Ideologi tidak selamanya harus dipertahankan. Ideologi dalam suatu lembaga kemasyarakatan bisa saja berubah selama ia tidak bisa memenuhi syarat-syarat penerimaan ideologi itu sendiri.
KESIMPULAN
Ideologi merupakan acuan pokok atau kerangka dasar dinamis yang menjadi energi kreatif dalam proses dinamisasi suatu lembaga. Ideologi juga merupakan seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan digunakan sebagai dasar untuk menata masyarakat dalam bernegara. Ideologi mengandung nilai-nilai dasar yang hidup dalam sistem kehidupan masyarakat dan mengandung idealisme yang mampu mengakomodasikan tuntutan perkembangan zaman kedalam nilai-nilai dasar yang sudah dikristalisasikan dalam pancasila dan UUD 1945. Negara adalah lembaga kemsyarakatan dalam skala makro, untuk itu tentunya negara juga membutuhkan yang namanya ideologi. Negara merupakan patokan bagi setiap lembaga kemasyarakatan dalam lingkup mikro. Bila kita menengok kembali sejarah maka akan kita dapati bahwa ideologi-ideologi itu tidak selalu dipertahankan, karena mengingat syarat-syarat penerimaan ideologi itu sendiri. Yakni harus mampu memuaskan batin, mampu memperbaiki hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang pencipta. Ketika syarat itu belum terpenuhi maka sangat mustahil suatu ideologi itu bisa dipertahankan. (aryanto81)

Januari 26, 2006 at 1:21 pm 1 komentar


Blog Stats

  • 24.712 hits

Arsip

Januari 2006
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031